Pengantar
Teringat oleh kenang yang takkan terulang
Kramagum yang menjadi sumber penyesalan
Kehilangan yang memberikan kekosongan
Malam itu, terlalu sunyi untuk bisa aku rasakan
Belaian yang terlalu halus untuk disebut angin malam
Petang yang teramat terang untuk sebuah kepergian
Aku sama sekali tak menau tentang sinyal kepergian diakhir temu
Terkadang masih bisa dirasakan meski beda tanah tumpuan
Namun juga bisa menghilang tanpa pemberitahuan
Sinyal yang selalu membingungkan,
memberi jemu saat tak kunjung datang
Aku diperhadapkan pada sebuah sesal
Kedua matamu lelap, namun nafasmu tersengal
Telingamu yang tuli kepada seruan,
dan tepukan dipipi tak lagi kau rasakan
Malam itu,
aku tak bisa memahami sinyalmu dengan benar
Aku membiarkanmu pulang tanpa tuntunan
Aku sama sekali tak mengerti tentang kepulangan,
yang aku tau saat itu kau sudah lelap
Wajahmu yang tenang tanpa kerut kesakitan
Bibirmu kembangkan senyum bukan lagi rintihan
Nafasmu tak lagi sukar
Kepulanganmu saat itu ingin selalu aku sangkal
